Di masa sepakbola canggih dikala ini bukan perihal asing bilamana kita jumpai tidak sedikit pemain Asia yang berkarier di liga- liga top Eropa.
Sebut saja bintang Tottenham Hotspur Son Heung- min, bek tengah Southampton Maya Yoshida, hingga Yuto Nagatomo yang merumput di Turki berbarengan Galatasaray.
Situasinya tidak senantiasa semacam ini. Untuk eks bek kiri Borussia Dortmund asal Korea Selatan, Lee Young- pyo, pintu untuk perpindahan para pemain dari Daratan Kuning buat menginjak Eropa terbuka sejak Piala Dunia 2002.
7 belas tahun silam, Korsel laksana salah satu tuan lokasi tinggal berbarengan Jepang mengherankan jagat sepakbola dengan menjebol semi- final ketika sebelum dihentikan Jerman. Dalam pengiriman ke 4 besar, Lee dkk. dalam skuad Taegeuk Warriors mengeliminasi Italia serta Spanyol.
Diyakini Lee, pencapaian impresif negaranya yang diarsiteki Guus Hiddink kala tersebut membuka mata klub- klub Eropa berkeinginan mutu semua pemain Asia.
" Piala Dunia 2002 memiliki tempat istimewa serta jadi taman khususnya dalam sejarah sepakbola Korea," kata Lee untuk awak pers di Hong Kong dalam penggalan touring Borussia Dortmund Legends.
" Menengok pulang ke 2002, semua orang Korea Selatan turun ke jalanan bikin menunjang rombongan nasional, semua klub menggali pemain- pemain bagus, tertera pemain- pemain Asia. Semenjak Piala Dunia tahun itu, klub- klub Eropa mulai menggali pemain- pemain potensial di Asia serta bawa mereka ke Barat."
Performa gemilang Lee di turnamen itu membawanya ke Eropa. Pasca- Piala Dunia, Lee berbarengan Park Ji- sung turut digondol pelatih Hiddink bikin menguatkan PSV Eindhoven.
Setelahnya, Lee kemudian hijrah mengarah Tottenham, Dortmund, klub Arab Saudi Al- Hilal, serta Vancouver Whitecaps di Kanada ketika sebelum gantung sepatu pada 2013.
" Itu[Piala Dunia 2002] jadi momen pembeda dalam sejarah sepakbola Korea Selatan serta sejak dikala tersebut terbukalah dunia yang betul- betul bertolak belakang dalam bidang sepakbola," tutur laki- laki 42 tahun ini.
" Itu mengubah perilaku orang- orang Korea Selatan terhadap sepakbola. Mereka mulai membina lebih tidak sedikit lapangan serta mendesak perkembangan K- League[liga Korea]. Itu milestone berarti guna sejarah dunia serta sejarah sepakbola Asia serta pula diri aku sendiri."
Sayangnya, semenjak tahapan historis Korsel belum ada lagi negeri Asia yang mampu maju sampai semi- final Piala Dunia. Untuk Lee, komparasi kultur tradisional antara Eropa serta Asia bermanfaat besar dalam jomplangnya prestasi kedua daratan.
Tetapi, di tingkatan junior timnas Korsel baru saja mengukir torehan membanggakan dengan menggapai final Piala Dunia U- 20 2019 sehabis mengungguli Ekuador. Ukraina jadi lawan Korsel di final pada Sabtu( 15/ 6) mendatang.
" Orang- orang Eropa mendesak kanak- kanak mereka bikin bermain sepakbola. Namun semua orang tua di Asia berfokus pada hasil akademis kanak- kanak mereka, mereka mengharapkan kanak- kanak mereka jadi dokter ataupun pengacara."
" Dalam perihal kultur, sejarah, maupun raga, lebih sulit untuk orang- orang Asia buat membina karier di sepakbola," pungkasnya.
Lee menyambangi Hong Kong berbarengan skuad Borussia Dortmund Legends yang bertanding dalam laga persahabatan merasakan Liverpool Legends, akhir minggu kemarin.
Komentar
Posting Komentar